expr:id='"post-" + data:post.id'>
Jogjakarta - Kalau jujur pasti hancur. Pemeo salah kaprah ini begitu diyakini banyak guru, siswa, dan orangtua siswa hingga mereka oke-oke saja saat para siswa berlaku curang dalam menggarap soal-soal ujian nasional (UN). “Keyakinan” ini seolah mendapat pembenarannya melihat tingkat kelulusan siswa di Daerah Istimewa Jogjakarta (DIJ).
Tahun 2009 lalu siswa SMA/MA di DIJ yang lulus UN mencapai 93 persen, tetapi tahun 2010 ini hanya 76,3 persen. Provinsi ini pun tercatat sebagai provinsi dengan penurunan kelulusan tertinggi. Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh mengaku sangat prihatinan terkait prestasi siswa SMA/MA di provinsi ini.
Keprihatinan ini menjadi kegetiran kala Nuh di kesempatan yang sama menyebut DIJ tercatat sebagai provinsi dengan tingkat kejujuran tertinggi dalam pelaksanaan UN tahun ini.
Getir dan ironis karena mendiknas langsung menyebut provinsi dengan tingkat kelulusan yang buruk sebagai lambang kejujuran. Padahal, seperti dikatakan Ketua Pelaksana UN DIJ, Baskara Aji, belum ada indeks resmi dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang menyatakan DIJ paling jujur dalam pelaksanaan UN.
"Tetapi, berdasarkan keterangan BSNP, dari beberapa kriteria termasuk laporan Tim Pemantau Independen (TPI), pelaksanaan UN di DIJ memang paling jujur, meskipun banyak siswa yang tidak lulus," katanya, Senin (26/4).
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga DIY Suwarsih Madya mengatakan persentase kelulusan UN tingkat SMA/MA dan SMK tahun ajaran 2009/2010 di provinsi ini menurun tajam dibanding tahun sebelumnya. "Tahun ini DIJ memang anjlok tingkat kelulusan ujian nasional SMA/MA dan SMK-nya. Tetapi, para siswa tidak perlu khawatir karena masih bisa mengikuti ujian nasional ulangan pada 10-14 Mei 2010," katanya.
Secara nasional, menurut Nuh, tingkat kelulusan UN SMA/MA pada 2010 mengalami penurunan empat persen dibanding 2009, yaitu dari 93,74 persen turun menjadi 89,88 persen.
"Angka kelulusan ujian nasional tingkat SMA/MA pada 2010 memang mengalami penurunan bila dibandingkan 2009. Namun, ini semua ada hikmahnya karena Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) bersama pemerintah telah menyiapkan secara lebih baik pelaksanaan UN, antara lain melalui pengawasan yang ketat," katanya.
Menurut Nuh, menurunnya persentase kelulusan UN tingkat SMA/MA pada 2010 salah satunya disebabkan pengawasan UN lebih ketat, sehingga siswa mengerjakan soal ujian sesuai dengan kemampuannya sendiri. Selain itu, pemerintah daerah tidak memiliki target kelulusan tertentu, sehingga pelaksanaan UN berlangsung lebih jujur.
"Contohnya di Gorontalo yang angka ketidaklulusan atau mengulang UN-nya cukup tinggi mencapai 46,22 persen dibanding tahun sebelumnya yang hanya satu persen. Ini menunjukkan komitmen Gorontalo dalam melaksanakan Pakta Kejujuran dan Integritas," kata Nuh.
Gorontalo adalah salah satu dari sejumlah provinsi di Indonesia timur dengan tingkat kelulusan UN yang rendah. Provinsi lain dengan kelulusan UN rendah di antaranya Nusa Tenggara Timur (52,8 persen), Maluku Utara (41 persen), Sulawesi Tenggara (35 persen), Kalimantan Timur (30 persen), dan Kalimantan Tengah (39 persen). ntr
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment